Disitu Kadang Saya Merasa Sedih

“Disitu Kadang Saya Merasa Sedih”, kalimat trending di media sosial yang dimodifikasi dengan meme (display picture/funny picture) ini seringkali diikuti gambar orang yang mengucapkan kata-kata itu. Contoh, “Melupakan masa lalu itu susahnya minta ampun, di situ kadang saya merasa sedih”. Meme yang dilengkapi kalimat itu menjadi populer meme di media sosial seperti facebook ataupun twiiter.

Kalimat ini juga terucap dari seorang polisi wanita (polwan) Bripka Dewi Sri Mulyani ketika sedang di wawancari oleh salah satu televisi swasta nasional yang mengangkat kisah para polisi di Indonesia. Nampaknya Bripka Dewi mengutarakan ungkapan itu sebagai gambaran suka-dukanya ketika menjalankan tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Saat itu, Bripka Dewi melakoni tugas sebagai polisi sahabat anak yang harus sabar menghadapi anak yang rewel (disaat itu ia rindu anaknya) dan juga harus tega menilang seorang ayah yang menjemput anaknya tanpa mengenakan helm, lalu ia mengekspresikan kesedihannya itu dengan kata “Distu kadang saya merasa sedih”.

Ungkapan itu mengambarkan bahwa seorang polisi juga terkadang harus tega dalam menegakkan hukum meskipun ia tahu bahwa tindakan tegas bagi pelanggar hukum akan membuat ia “dihujat” oleh pelanggar hukum, selain itu seorang polisi harus juga siap menghabiskan waktunya sebagai pelayan masyarakat dengan mengorbankan waktu bersama keluarganya di rumah, sedih memang.

Acara di salah satu TV swasta nasional yang mengangkat kisah polisi dalam menjalankan tugasnya sebagai pengayom dan pelindung benar-benar menjadi sebuah cara yang terbilang tepat untuk merubah perspektif masyarakat terhadap para petugas korps baju cokelat tersebut. Lihat saja kalimat yang diungkapan seorang Bripka Dewi itu perlahan-lahan menggeser perspektif negatif masyarakat melihat polisi ke arah yang jauh lebih baik lagi, meskipun meme (display picture) yang lahir dari kalimat itu dicap menghina institusi polri bagi sebagaian kalangan tapi setidaknya ada trend positif yang melekat di mindset masyarakat bahwa ada rasa sedih dalam hati para polisi ketika ia harus menilang ataupun menindak tegas para pelanggar hukum.

Perspektif Negatif Masyarakat

Tidak bisa dinafikan citra institusi Polri di mata masyarakat cukup buruk. Paradigma yang terbangun di masyarakat tentang institusi penegak hukum ini adalah institusi korup yang kerjanya jauh dari selogannya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Wajar memang jika paradigma seperti ini ada karena cukup sering masyarakat di pertontonkan tindakan dari petinggi atau bawahan di kepolisian yang bertindak tidak sebagai pengayom dan pelindung dengan menerima suap, korupsi, makelar kasus sampai tebang pilih dalam bertugas.

Ada sebagian kalangan yang pro kepada pihak kepolisian beranggapan bahwa paradigma yang terbangun dimasyarakat itu cenderung subjektif dan tanpa alasan. Bagi pendukung institusi ini polri juga pernah menjadi primadona di mata masyarakat saat kepolisian dapat dengan sigap meringkus para teroris yang meresahkan. Memang, saat itu Polri benar-benar mendapat pujian dari masyarakat, tapi sayang trend positif itu tidak dipertahankan oleh korps baju cokelat ini.

Populernya meme dengan kata “Disitu Kadang Saya Merasa Sedih” oleh seorang polwan di media sosial diharapkan dapat menggeser citra negatif kepolisian ke arah yang baik, tapi sayang di jejaring sosial, facebook sekarang tersebar foto dua orang polantas sedang menghitung uang. Dalam foto itu memperlihatkan satu polisi sedang duduk di pembatas taman dan tempat parkir mobil, sementara satu polisi lainnya berdiri. Kedua polisi itu terlihat sedang memegang uang berwarna merah seperti uang Rp.100 Ribu (Republika.CO.ID). Tak pelak foto ini menghadirkan cemooh dari pengguna facebook, yah.. susah memang merubah paradigma itu.

Selain itu, ada lagi hal yang cukup membuat heboh selain meme lucu Bripka Dewi dan poto polantas menghitung uang. Ada sebuah gambar yang berisi lembar jawaban siswa SDIT Bina Muda tahun pelajaran 2013-2014 yang didalamnya ada sebuah gambar polisi lalu dibubuhi pertanyaan, “Siapakah dia? dan Apa saja tugasnya?”. Dengan polosnya anak SD itu menjawab pertanyaan “Apa saja tugasnya?”, dengan jawaban Minta uang, jaga-jagain dan baris-baris (Sumber : Republika. CO.ID). Seorang anak SD adalah anak yang polos yang menuliskan apa yang lihat dan tahu. Sedih dan miris memang jika melihat sampai anak SD saja mengecap polisi sebegitu buruknya.

Secara umum memang jawaban anak SD ini dapat dikatakan wajar karena cukup sering kita melihat polisi tertangkap kamera sedang meminta uang ataupun menerima uang. Ya, mungkin jika kita bertanya kepada satu dua orang dewasa yang tidak begitu peduli dengan tugas polisi mungkin jawabannya hampir sama dengan anak SD itu.

foto Polantas sampai lembar jawaban anak SD adalah “stempel” buruk institusi korup oleh masyarakat, belum lagi tindakan-tindakan kekerasan yang pernah dilakukan pihak kepolisan. Semua ini bagaikan dosa yang belum mendapatkan kata maaf dari masyarakat. Entah karena beberapa oknum polisi yang nakal atau institusinya yang bobrok. Entahlah…, tapi citra negatif yang sekarang ini terbangun tentu menjadi sebuah pertanda bahwa Polri harus berbenah.

Tak Sekadar Ungkapan Kesedihan dan Akting

Adanya tayangan televisi yang mengangkat kisah heorik dan kepedulian para polisi di salah satu tv swasta adalah salah satu langkah yang harus dipilih polri untuk berbenah. Meme lucu ala Bripka Dewi kiranya dapat menjadi hadiah awal bagi masyarakat bahwa kepolisian benar-benar peduli kepada masyarakat. Gambaran kesedihan ketika melihat hukum dilanggar sebagaimana ekspresi “Disitu kadang saya merasa sedih”, kiranya harus benar-benar dijadikan perintah mendasar bagi semua polisi di Indonesia.

Dosa-dosa yang sudah dibuat mulai dari tindakan korup sampai kekerasan kiranya dapat dikalahkan dengan prestasi, tentu masa-masa indah saat memberantas para teroris perlu diulang kembali oleh kepolisian sehingga citra negatif yang sedang berkembang dapat terhenti dan beralih kearah yang lebih baik.

Sebuah kalimat terucap, “Penegak hukum justru melanggar hukum, disitu kadang saya merasa sedih”. Semoga kalimat ini menjadi cambuk bagi para penegak hukum (polisi)agar benar-benar bekerja atas nama profesionalitas tanpa batas dan tidak mengkhianati penegakan hukum. Jangan lagi pikirkan urusan perut (korup) karena takdir berdiri berpangkat dengan baju cokelat sebagai pengayom dan pelindung masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Jawab semua kritikan dan cibiran dari masyarakat dengan prestasi, kami masyarakat menunggu hal itu lebih dari sekadar kata-kata atau ungkapan kesedihan dan tayangan heroik di televisi.

Komentar
  1. Anandia Fitri berkata:

    Ijin copas ya kak? Buat tambahan tugas

Tinggalkan komentar